“Musim
dingin kala itu menjadi kenangan terindah yang pernah kualami. Dinginnya salju
terkadang dihangatkan olehnya, dengan seulas senyum dan sorot mata cerianya,
membuatku tak sanggup lupa padanya.
“Aku
sering memeluknya, kala salju itu turun membasahi pundaknya. Tempat kami adalah
tempat satu-satunya yang selalu sepi, pemandangannya begitu indah. Aku bisa membayangkannya
walau aku tak lagi di sana. Sungainya selalu beku, seperti hamparan es dan anak
kecil bisa berlari-lari di atasnya. Bangku panjang yang selalu kami tempati
mengarah ke arah
sungai itu, tepat di jembatannya. Sebelah kami lampu yang tinggi dan terang
bila dinyalakan, berwarna kuning keemasan yang menyorot ke arah sungai.
Tempat
itu… seperti Surga.