Mosaic Rile: English Short Story
Showing posts with label English Short Story. Show all posts
Showing posts with label English Short Story. Show all posts

Wednesday, September 2, 2015

The Story of 57 cents - Hattie May Wiatt


A sad little girl stood outside a small church one Sunday morning. Her name was Hattie May Wiatt. She wanted to walk inside the church, to sing songs, to learn about God and worship Jesus. But she was afraid. She was alone, her clothes were shabby and unkempt…and she had no ticket. This church was often so crowded that admission tickets were handed out prior to the services to avoid overpopulation.  New facilities were desperately needed. Little Hattie was afraid of getting lost in the shuffle of people. Worse yet, she was afraid of being turned away. Reverend Conwell happened to walk by the front gate where Hattie was standing. He took compassion on her, lifted her up on his shoulder and carried the little girl into the church, through the crowded foyer he found a small corner for her in the Sunday School room.  

Hattie gave him the hug of a comforted and happy child. This embrace would be etched in his mind for a lifetime… A short time later, Hattie became ill and died.  Her parents sought out the kind-hearted pastor who had befriended their daughter.  At the funeral, her mother handed Reverend Conwell a small purse—Hattie’s purse. It contained 57 cents. Her mother told him tearfully that Hattie had been saving up her money to help build a bigger church…big enough for all the children. The Pastor was deeply moved. He gratefully accepted the little girl’s contribution. He later shared the story with the church congregation. Each of Hattie’s 57 pennies was auctioned.  Church members made donations.  Checks came in from far and wide. Hattie May Wiatt’s unselfish love had paid large dividends. Some of the members formed what they called the “Wiatt’s Mite Society”  in which they were dedicated to making little Hattie’s 57 cents grow.

The amount of money raised through these efforts was a sizeable investment towards the purchase of a new property.  54 of Hattie’s original pennies were, in time, donated back to the church, where they were put on display and can be seen to this day.  The next time you are in the city of Philadelphia, look up Temple Baptist Church, with a present seating capacity of 3,300.   And be sure to visit Temple University In addition to the Good Samaritan Hospital, both of which also claim their origin from the fruits of the Temple Baptist Church property purchased from the seed money of Hattie May Wiatt’s 57 cents.

Thursday, May 7, 2015

Aku di sini, Lihat Aku!



Tiga. Dua. Satu. Plop!

Ah, ayolah menghilang!

Gladis menggerutu dalam diamnya. Dia menyentakkan sebelah kakinya ke tanah, tidak ada bunyi berdebum yang cukup keras untuk membuat kaget dua gadis yang sedang bergosip itu. Berkali-kali dia mencoba, dia tidak akan bisa menghilang. Sulap jenis apa, yang selama di dunia dia pelajari, bisa membuatnya menghilang dalam sekejap. Cih!

Thursday, March 26, 2015

Bears, Believe, Hopes and Endures



Seandainya saat kaki Cinderella tidak pas di sepatu kaca itu, mungkin kehidupannya akan berubah….


Salah satu cerita dari Disney yang menurutnya sangat manis adalah kisah itu. Bagaimana dulu saat ia mendengar dongeng dan merasa tenang saat Cinderella hidup bahagia bersama pangeran impiannya. Bukankah menghabiskan sisa hidup dengan pria yang dicintai adalah hal yang indah yang diimpikan setiap wanita?
Tania mendengus pelan. Kedua tangannya mengebas-ngebaskan baju yang baru saja dikeringkan di mesin cuci, lalu kemudian menggantungnya di teras rumah. Tubuhnya tinggi menjulang sehingga ia tidak kesulitan untuk menggantungkan baju yang siap dicuci itu. Ia mengusap keningnya setelah selesai menjemur pakaian, kemudian mengunci pintu teras dan berjalan menuju tangga.
Sebelum menuruni anak tangga ia termenung di depan kamar utama. Sebuah pintu tertutup rapat namun ia bahkan tak sanggup membukanya. Ini kisah tentang, pangerannya. Tania menguatkan hatinya, meletakkan tangan kanannya pada kenop pintu, kemudian membukanya.

Tuesday, March 17, 2015

Once Again You Love Me


"How gentle is the rain
That falls softly on the meadow
Birds high up on the trees
Serenade the clouds with their melody
Oh! see there beyond the hills
The bright colors of the rainbow
Some magic from above
Made this day for us
Just to fall in love." - Lover's Concerto - Kelly Chen
------------------------------------------------------------------

Amy menggaruk hidungnya pelan. Rasa-rasanya belum pernah hidungnya terasa segatal ini. Ia menggelengkan kepalanya perlahan, seolah-olah dengan begitu ia bisa mengusir rasa gatal itu. Kedua bola matanya bergerak dari kiri ke kanan dengan cepat, raut wajahnya tampak serius memperhatikan tulisan-tulisan yang tercetak dalam sebuah buku, beberapa kali ia menggoyang-goyangkan kaki sehingga suara gemericing pelan yang berasal dari gelang kakinya terdengar. Lalu bunyi bola memantul semakin lama semakin mendekat ke arahnya.

Wednesday, March 11, 2015

Siluet Hitam-Putih



Aku merasakan, bayangan tinggi menjulang, berdiri di depan jendela berbingkai kotak-kotak. Aku tahu kapan dia berdiri di depan jendela rumahnya, saat matahari nyaris tenggelam, menampakkan sinar yang katanya seperti warna emas, percampuran sempurna pada ciptaan yang sempurna.
Pikiranku beralih pada sosok di rumah sebelah, tanganku mencari-cari kamera digital di atas mejaku. Susah payah aku mengambilnya, mendekatkan benda itu ke sebelah mataku, lalu menjepret objekku.
Dia. Aku hafal namanya, usianya tanggal lahirnya—oh bukan. Dia bukan sosok orang yang kusukai. Bukan pula seperti kisah kebanyakan-kalau dia adalah sosok tampan yang disukai oleh gadis tetangganya, berharap bisa berkencan dengannya.
Tahu tidak? Aku buta. Aku benci dia, Ash. Aku telah kehilangan semuanya karena Ash menabrakku. Aku tak bisa sekolah karena aku tak sanggup menerima segala bentuk penghinaan.
Dua tahun aku tak bisa melihat, seharusnya sekarang aku bisa kuliah, tapi aku malah jadi guru privat piano di rumahku, dan terkadang, aku mengajar huru Braille kepada sesama orang buta.
Bisa bayangkan, betapa aku menginginkan Ash merasakan penderitaan yang sama denganku. Aku ingin Ash tidak bisa melihat warna lain selain hitam-putih.

Tuesday, January 27, 2015

Mosaic Rile


Ia bertanya pada peri hutan,
Bagaimana rasanya tersenyum?
Ia bertanya pada penjaga gerbang,
Bolehkah aku masuk?

Kaki mungilnya melangkah, setapak demi setapak
Sesuatu yang lembut menyentuh telapak kakinya
Terkadang, duri-duri itu ikut mengukir tanda di kulitnya
Menurutnya, tersenyum adalah impian sehingga semua yang dialami itu belum seberapa

Peri hutan memperingatkan,
Berjalanlah terus, jangan menoleh ke belakang.
Penjaga gerbang berpesan,
Berlarilah, saat kau terseret ke belakang.